Faktor Permintaan Uang Menurut Milton Friedman

by SLV Team 47 views
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Menurut Milton Friedman

Hey guys! Pernah gak sih kalian bertanya-tanya, kenapa ya kita butuh uang? Atau kenapa kadang kita pengen pegang uang lebih banyak daripada biasanya? Nah, pertanyaan-pertanyaan kayak gini tuh menarik banget buat dibahas. Apalagi kalau kita ngomongin soal ekonomi, ada banyak banget teori yang mencoba menjelaskan perilaku kita terhadap uang. Salah satu tokoh yang punya pandangan menarik tentang ini adalah Milton Friedman. Beliau ini ekonom terkenal yang punya banyak ide brilian, termasuk soal faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang.

Teori Permintaan Uang Milton Friedman

Milton Friedman, seorang ekonom monetaris terkemuka, terkenal dengan kontribusinya yang signifikan terhadap teori permintaan uang. Friedman berpendapat bahwa permintaan uang bukanlah sesuatu yang acak atau tidak terduga, melainkan fungsi yang stabil dan dapat diprediksi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Dalam pandangannya, uang adalah salah satu bentuk aset yang memberikan jasa kepada pemiliknya, dan permintaan terhadap uang dipengaruhi oleh pertimbangan rasional tentang biaya dan manfaat memegang uang dibandingkan dengan aset lain. Teori Friedman menekankan pentingnya faktor-faktor ekonomi makro seperti pendapatan permanen, tingkat suku bunga, inflasi yang diharapkan, dan preferensi individu dalam menentukan berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh seseorang atau suatu entitas ekonomi. Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana kebijakan moneter dapat memengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Inti dari teori Friedman adalah bahwa permintaan uang relatif stabil dan dapat diprediksi, yang memungkinkan bank sentral untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan ekonomi melalui pengelolaan jumlah uang yang beredar.

1. Pendapatan Permanen (Permanent Income)

Dalam teori permintaan uang Milton Friedman, pendapatan permanen memegang peranan krusial sebagai salah satu faktor penentu utama. Pendapatan permanen ini berbeda dari pendapatan sesaat atau sementara yang mungkin kita terima. Friedman mendefinisikannya sebagai perkiraan pendapatan rata-rata jangka panjang yang diharapkan oleh individu atau rumah tangga. Jadi, bukan hanya pendapatan yang diterima bulan ini atau tahun ini, melainkan perkiraan pendapatan yang akan diterima selama masa hidup atau periode waktu yang relevan. Mengapa pendapatan permanen begitu penting dalam menentukan permintaan uang?

Alasannya sederhana: keputusan keuangan dan konsumsi kita lebih didasarkan pada ekspektasi jangka panjang daripada fluktuasi pendapatan jangka pendek. Bayangkan, misalnya, seseorang yang baru saja menerima bonus besar. Apakah mereka akan langsung menghabiskan semua uangnya? Mungkin tidak. Mereka akan mempertimbangkan apakah bonus ini akan berulang di masa depan atau tidak. Jika mereka yakin bahwa bonus ini adalah kejadian sekali seumur hidup, mereka mungkin akan menyimpannya atau menginvestasikannya daripada menghabiskannya sekaligus. Sebaliknya, jika seseorang kehilangan pekerjaan, mereka mungkin tidak langsung mengurangi pengeluaran mereka secara drastis. Mereka mungkin akan menggunakan tabungan atau mencari pekerjaan baru dengan harapan pendapatan mereka akan kembali normal dalam waktu dekat.

Dalam konteks permintaan uang, pendapatan permanen memengaruhi berapa banyak uang yang ingin kita pegang untuk berbagai tujuan, seperti transaksi, berjaga-jaga, atau spekulasi. Jika kita memiliki ekspektasi pendapatan permanen yang tinggi, kita cenderung merasa lebih aman secara finansial dan mungkin akan memegang lebih banyak uang untuk memfasilitasi transaksi yang lebih besar atau untuk memanfaatkan peluang investasi yang muncul. Sebaliknya, jika kita memiliki ekspektasi pendapatan permanen yang rendah, kita mungkin akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang dan berusaha untuk meminimalkan jumlah uang yang kita pegang.

Selain itu, pendapatan permanen juga memengaruhi keputusan kita dalam memilih aset. Jika kita memiliki ekspektasi pendapatan permanen yang tinggi, kita mungkin akan lebih cenderung untuk berinvestasi dalam aset yang lebih berisiko, seperti saham atau properti, dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi di masa depan. Namun, jika kita memiliki ekspektasi pendapatan permanen yang rendah, kita mungkin akan lebih memilih aset yang lebih aman, seperti obligasi atau deposito, meskipun keuntungannya lebih rendah. Jadi, pendapatan permanen tidak hanya memengaruhi berapa banyak uang yang kita pegang, tetapi juga bagaimana kita mengalokasikan aset kita secara keseluruhan.

2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rates)

Tingkat suku bunga memainkan peran penting dalam teori permintaan uang Milton Friedman. Secara sederhana, tingkat suku bunga adalah biaya kesempatan (opportunity cost) dari memegang uang tunai. Ketika Anda memegang uang tunai, Anda kehilangan potensi pendapatan yang bisa Anda peroleh jika Anda menginvestasikan uang tersebut dalam bentuk lain, seperti obligasi atau deposito. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin besar biaya kesempatan memegang uang tunai, dan semakin sedikit uang yang ingin Anda pegang.

Mari kita pikirkan contohnya. Katakanlah Anda memiliki Rp 10 juta di rekening tabungan Anda yang tidak memberikan bunga sama sekali. Jika tingkat suku bunga obligasi pemerintah adalah 5% per tahun, maka Anda kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp 500 ribu per tahun jika Anda tetap memegang uang tunai tersebut. Dalam situasi ini, Anda mungkin akan tergoda untuk membeli obligasi pemerintah dan mendapatkan keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga obligasi pemerintah hanya 1% per tahun, maka biaya kesempatan memegang uang tunai menjadi lebih rendah, dan Anda mungkin lebih memilih untuk tetap memegang uang tunai tersebut untuk kenyamanan dan fleksibilitas.

Friedman berpendapat bahwa tingkat suku bunga memengaruhi permintaan uang melalui dua saluran utama: efek substitusi dan efek pendapatan. Efek substitusi terjadi karena ketika tingkat suku bunga naik, orang cenderung untuk mengganti uang tunai dengan aset lain yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Misalnya, mereka mungkin akan mengurangi saldo rekening giro mereka dan menginvestasikan lebih banyak uang dalam obligasi atau reksa dana. Efek pendapatan terjadi karena ketika tingkat suku bunga naik, pendapatan dari aset yang mereka miliki juga meningkat, yang dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk membelanjakan dan memegang lebih banyak uang.

Namun, Friedman juga menekankan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap permintaan uang mungkin tidak selalu besar atau signifikan. Ia berpendapat bahwa faktor-faktor lain, seperti pendapatan permanen dan inflasi yang diharapkan, mungkin memiliki dampak yang lebih besar terhadap permintaan uang. Selain itu, ia juga mencatat bahwa hubungan antara tingkat suku bunga dan permintaan uang dapat bervariasi tergantung pada kondisi ekonomi dan preferensi individu. Dalam beberapa kasus, orang mungkin lebih memilih untuk memegang uang tunai meskipun tingkat suku bunga tinggi karena mereka merasa tidak yakin tentang prospek ekonomi atau karena mereka memiliki kebutuhan mendesak untuk dana likuid.

3. Tingkat Inflasi yang Diharapkan (Expected Inflation)

Tingkat inflasi yang diharapkan adalah faktor penting lainnya dalam teori permintaan uang Milton Friedman. Inflasi, sederhananya, adalah kenaikan umum harga barang dan jasa dalam suatu ekonomi. Tingkat inflasi yang diharapkan mengacu pada perkiraan atau ekspektasi masyarakat tentang seberapa cepat harga-harga akan naik di masa depan. Ekspektasi ini memainkan peran krusial dalam mempengaruhi keputusan kita tentang berapa banyak uang yang ingin kita pegang.

Bayangkan jika Anda memperkirakan bahwa harga-harga akan naik secara signifikan dalam waktu dekat. Apa yang akan Anda lakukan? Kemungkinan besar, Anda akan mencoba untuk membeli barang dan jasa sebanyak mungkin sekarang, sebelum harga-harga tersebut naik lebih tinggi lagi. Dalam situasi ini, Anda akan meningkatkan permintaan Anda terhadap uang untuk memfasilitasi pembelian tersebut. Sebaliknya, jika Anda memperkirakan bahwa harga-harga akan tetap stabil atau bahkan turun di masa depan, Anda mungkin akan menunda pembelian Anda dan mengurangi permintaan Anda terhadap uang.

Friedman berpendapat bahwa tingkat inflasi yang diharapkan memengaruhi permintaan uang melalui efek yang disebut efek Fisher. Efek Fisher menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal (yaitu, tingkat suku bunga yang kita lihat di pasar) mencerminkan tingkat suku bunga riil (yaitu, tingkat suku bunga yang disesuaikan dengan inflasi) ditambah tingkat inflasi yang diharapkan. Dengan kata lain, jika tingkat inflasi yang diharapkan naik, maka tingkat suku bunga nominal juga akan naik untuk mengkompensasi hilangnya daya beli akibat inflasi. Kenaikan tingkat suku bunga nominal ini akan meningkatkan biaya kesempatan memegang uang tunai, yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan uang.

Namun, Friedman juga mengakui bahwa hubungan antara tingkat inflasi yang diharapkan dan permintaan uang bisa menjadi kompleks dan tidak selalu linier. Dalam beberapa kasus, orang mungkin bereaksi berlebihan terhadap ekspektasi inflasi dan meningkatkan permintaan uang mereka secara berlebihan, yang dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi lagi. Dalam kasus lain, orang mungkin meremehkan ekspektasi inflasi dan mengurangi permintaan uang mereka terlalu sedikit, yang dapat menyebabkan deflasi atau penurunan harga.

4. Preferensi Individu (Individual Preferences)

Preferensi individu juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi permintaan uang. Setiap orang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda, yang pada akhirnya memengaruhi bagaimana mereka mengelola keuangan mereka. Misalnya, seseorang yang risk-averse (tidak suka risiko) mungkin lebih memilih untuk memegang lebih banyak uang tunai sebagai bantalan untuk menghadapi kejadian tak terduga. Sementara itu, seseorang yang lebih berani mengambil risiko mungkin lebih memilih untuk menginvestasikan sebagian besar uang mereka dalam aset yang lebih berisiko dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

Selain itu, preferensi individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan jumlah tanggungan. Orang yang lebih tua mungkin lebih cenderung untuk memegang lebih banyak uang tunai untuk mempersiapkan masa pensiun mereka. Orang yang lebih berpendidikan mungkin lebih cenderung untuk berinvestasi dalam aset yang lebih kompleks dan beragam. Orang yang sudah menikah dan memiliki anak mungkin lebih cenderung untuk memegang lebih banyak uang tunai untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Friedman mengakui bahwa preferensi individu dapat memainkan peran penting dalam menentukan permintaan uang, tetapi ia juga berpendapat bahwa faktor-faktor ekonomi makro, seperti pendapatan permanen, tingkat suku bunga, dan inflasi yang diharapkan, cenderung memiliki dampak yang lebih besar secara keseluruhan. Ia berpendapat bahwa preferensi individu cenderung relatif stabil dari waktu ke waktu, sedangkan faktor-faktor ekonomi makro dapat berfluktuasi secara signifikan dan mempengaruhi permintaan uang secara keseluruhan.

Kesimpulan

Jadi, guys, itulah beberapa faktor utama yang memengaruhi permintaan uang menurut Milton Friedman. Pendapatan permanen, tingkat suku bunga, inflasi yang diharapkan, dan preferensi individu semuanya memainkan peran penting dalam menentukan berapa banyak uang yang ingin kita pegang. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan untuk memahami bagaimana kebijakan moneter dapat memengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Semoga artikel ini bermanfaat ya!